PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau
gangguan stres pasca trauma adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian
tragis yang pernah dialami atau disaksikan. Contoh peristiwa traumatis yang
dapat memicu kondisi ini adalah kecelakaan lalu lintas, bencana
alam, tindak kejahatan seperti pemerkosaan atau perampokan, atau pengalaman di
medan perang.
PTSD termasuk kategori gangguan kecemasan yang membuat
penderitanya tidak bisa melupakan atau tidak mau mengingat pengalaman traumatis
tersebut, serta berpikir negatif terhadap diri sendiri dan dunia sekitarnya.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan mimpi buruk, merasa terisolir, kesal,
memiliki perasaan bersalah, sulit berkonsentrasi, serta sulit tidur atau insomnia.
Tetapi, tidak semua orang yang mengalami trauma otomatis akan
mengidap PTSD. Gangguan mental ini diperkirakan berkembang pada 30 persen di
antara orang-orang yang pernah mengalami kejadian traumatis.
Penanganan yang efektif sangat penting dilakukan untuk mengatasi gejala
gangguan stres pascatrauma ini.
2.
Gejala PTSD
Secara umum, gejala PTSD bisa dikelompokkan ke dalam lima
jenis. Berikut ini adalah penjelasan serta contohnya.
§
Ingatan yang mengganggu, contohnya selalu mengingat detail
mengerikan dari kejadian tragis atau sering mimpi buruk tentang kejadian
tersebut.
§
Kecenderungan untuk mengelak membicarakan atau memikirkan kejadian
traumatis. Kondisi ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, kegiatan, atau
oranng yang memicu ingatan untuk kejadian traumatis.
§
Pola pikir yang berubah negatif. Pengidap PTSD cenderung memiliki
perasaan negatif terhadap diri sendiri atau orang lain, merasa terasing.
§
Merasa putus asa dalam menghadapi masa depan, memiliki masalah
ingatan, termasuk mengingat aspek pentingdari kejadian traumatis serta
kesulitan membina hubungan yang dekat dengan orang lain.
§
Perubahan emosi. Perubahan ini ditunjukkan dengan oerbedaan
reaksi secara fisik maupun emosi, seperti sulit berkonsentrasi, merasa sangat
selalu waspada, mudah terkejut dan takut, mudah kesal atau marah, serta sulit
tidur.
Gejala PTSD ini dapat
terjadi pada anak-anak serta orang dewasa. Namun pada anak-anak, terdapat
beberapa indikasi khusus yang juga harus diwaspadai. Indikasi tersebut
meliputi sering melakukan reka ulang kejadian tragis melalui permainan,
mengompol, serta sangat gelisah saat berpisah dengan orang tua.
3.
Penyebab dan Faktor Pemicu PTSD
§
Pernah mengalami peristiwa trauma lain, misalnya penyiksaan saat
masa kecil.
§
Mengidap gangguan mental lain.
§
Mengalami trauma jangka panjang.
§
Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental
lain.
§
Memiliki profesi yang berpotensi menyebabkan seseorang untuk
mengalami kejadian traumatis, misalnya tentara.
§
Kurang dukungan dari keluarga dan teman.
Hingga saat ini,
penyebab pasti PTSD belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, terdapat
dugaan tentang beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan stres
pascatrauma ini, yaitu:
§ Tingkat
hormon stres yang tidak normal. Dalam keadaan bahaya, tubuh mengeluarkan hormon stres
adrenalin untuk memicu reaksi dari dalam tubuh. Reaksi tersebut berupa melawan
atau menghindar guna mengatasi bahaya atau rasa sakit. Dalam kondisi PTSD,
kadar hormon stres yang dikeluarkan sangat tinggi meski kondisi sebenarnya
tidak membahayakan. Hal tersebut terjadi karena terpicu emosi yang dibangkitkan
dari pengalaman traumatis.
§ Mekanisme
perlindungan diri. Dalam kondisi PTSD, ingatan traumatis membuat kita bereaksi
terlalu cepat sebagai upaya perlndungan diri. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya bahaya kembali di lain waktu.
§ Anatomi
otak yang tidak normal. Saat mengalami PTSD, bagian otak yang bertanggung jawab
terhadap ingatan dan emosi (hipokampus) terlihat berukuran lebih kecil
dibanding bagian otak lain. Perbedaan ini diduga berkaitan dengan
meningkatnya kegelisahan dan ketakutan. Fungsi hipokampus yang tidak dapat
berjalan semestinya membuat tingkat kegelisahaan atau ketakutan tidak berkurang
seiring waktu.
4.
Pengobatan PTSD
Pada sebagian besar
kasus PTSD, gejala dapat membaik setelah beberapa minggu tanpa penanganan
khusus. Tetapi, lain halnya bagi pasien dengan gejala yang bertambah
parah. Pasien-pasien tersebut membutuhkan langkah penanganan lebih lanjut,
yaitu kombinasi terapi psikologis dan pemberian obat.
Kombinasi penanganan
diharapkan dapat mengatasi gejala dengan mempelajari cara mengatasi keadaan,
memperbaiki pola pikir tentang diri sendiri dan orang lain, mengatasi
masalah yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, serta cara menghadapi
gejala yang diderita atau gejala yang dapat muncul kembali.
Terapi psikologi yang
diberikan meliputi:
§ Terapi
perilaku kognitif atau cognitive behavioural threapy (CBT). Terapi yang
biasanya dilakukan sebanyak 8 hingga 12 sesi ini bertujuan mengatasi
masalah yang dihadapi dengan mengubah cara pikir dan bertindak.
§ Terapi
desensitisasi gerakan mata dan pemrosesan ulang atau eye movement
desensitisation and reprocessing (EMDR). Terapi dengan menggerakkan mata ke
samping mengikuti gerakan tangan terapis ini bertujuan meredakan gejala PTSD.
Meski demikian, belum diketahui secara jelas bagaimana cara terapi ini
dapat mengatasi gejala PTSD.
§ Terapi
penyingkapan (exposure therapy), yang bertujuan membantu
pasien menghadapi keadaan secara efektif setelah mengalami peristiwa traumatis.
§ Terapi
kelompok, yang bertujuan untuk mengatasi gejala PTSD pada diri pasien dengan cara
membicarakan pengalaman traumatis bersama orang-orang lain dalam suatu kelompok
yang memiliki pengalaman atau masalah serupa.
Sedangkan obat-obatan
yang biasanya diresepkan oleh dokter dalam kasus PSTD meliputi:
§ Antidepresan. Obat ini digunakan
untuk mengatasi masalah sulit tidur dan meningkatkan konsentrasi.
Antidepresan biasanya diberikan pada pasien berusia 18 tahun ke atas
dalam jangka waktu 12 bulan sebelum dikurangi secara bertahap selama
kira-kira 4 minggu. Contoh obat antidepresan adalah mirtazapine, amytriptyline, dan phenelzine.
§ Prazosin. Obat ini diberikan
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan insomnia akibat mimpi buruk
berulang.
§ Antiansietas. Obat ini diberikan untuk
mengurangi rasa cemas pada penderita PTSD. Obat antiansietas biasanya hanya
diberikan dalam jangka waktu yang pendek mengingat rentan disalahgunakan.
Perubahan suasana hati akan terlihat setelah pemberian obat-obatan selama beberapa
minggu.
0 komentar:
Posting Komentar